Sinopsis:
Kebiasaan Verdo adalah makan berlebihan, keluarga Verdo sudah mengingatkan dia berkali – kali. Verdo tidak pernah mendengarkan mereka. Sampai suatu ketika ada sebuah kejadian yang mengubah kebiasaan Verdo. Apa kejadian itu? Apakah betul Verdo berhenti makan berlebihan?
Simak cerita berikut!!
Pada suatu pagi yang cerah, Verdo dan keluarganya makan bersama. Kakak perempuan Verdo Yang bernama Syara selesai makan pertama. Dia pergi ke kamarnya. Setelah kakak Verdo, Ayah dan ibu selesai makan dan mencuci piring mereka. Anehnya, Verdo tidak bangkit dari kursinya.
Verdo bahkan terus menambah makanan yang dimakannya. Keluarga Verdo heran, dari kemarin lusa Verdo selalu lama bangkit dari tempat duduk dan terus – terus makan. “Hmm… Verdo kenapa ya yah?” bisik ibu kepada ayah Verdo. Verdo yang sedang makan mendengar Ayah dan Ibunya berbisik – bisik tentang dia. “Aku sedang ingin menaikkan berat badanku.” Kata Verdo menjawab pertanyaan ibunya. “Tapi kan nggak perlu makan berlebihan begitu nak.” kata ibu memberi tahu. “Iya, makan berlebihan itu membuatmu malah sakit Verdo.” Kata Ayah melanjutkan.
Verdo tidak mendengarkan, dia beranjak dari kursi dan langsung tiduran di sofa. “Hhh… malah tiduran di sofa. Padahal baru selesai makan banyak.” Kata ibu melihat Verdo. “Kita harus melakukan sesuatu!” Kata Ayah ke Ibu.
Malamnya…
Di kamar, Verdo tidak bisa tidur dengan nyenyak. Perutnya terasa sakit sekali. Akhirnya dia berdiri dan menuju kamar mandi untuk BAB. Setelah BAB, Verdo kembali ke kamar. Dia duduk di kasurnya dan berpikir. “kenapa aku sakit perut, apalagi malam – malam begini.” Gumam Verdo. Dia tidak tahu kalau sakit perut malam – malam itu wajar saja. Verdo nggak mau berpikir panjang lagi. Dia sudah mengantuk, karena itu, dia tertidur kembali.
Esoknya…
Verdo terbangun dari tidurnya, dia melihat kamar sudah terang terkena sinar matahari pagi. Dia merasa perutnya sakit karena itu dia langsung berlari keluar kamar dan segera menuju kamar mandi untuk BAB. Diluar kamar, ibu sedang duduk di sofa, dia melihat Verdo lari keluar kamar dan menutup pintu dengan keras karena terburu – buru. Ibu sudah mengira Verdo bakal sakit perut dan ingin BAB. Setelah Verdo keluar dari kamar mandi, ibu segera menghampiri Verdo dan memanggilnya. “Verdo.” Katanya lembut. Verdo yang sedang berjalan menuju kamarnya segera berhenti dan melihat ibunya yang sedang menghampirinya. “Tadi kamu sakit perut ya?” tanya ibunya memastikan apakah betul perkiraannya. “Iya.” Jawab Verdo. “itu karena kamu makan berlebihan.” Kata ibu memberi tahu. “Tapi kan ibu menyuruhku untuk menaikkan berat badan. Ibu nggak ingat?” kata Verdo menjelaskan bahwa pernyataan ibunya itu salah. “Tapi ibu nggak menyuruhmu untuk makan berlebihan sampai lama berdiri dari kursi. Makan itu ada waktunya Verdo.” Jelas ibu. Tanpa menjawab apa – apa, Verdo langsung meninggalkan ibunya dan masuk ke kamarnya. “Hhhh…” Sesal ibu.
Siangnya. Verdo sekarang kena omelan kakaknya. “Kamu itu kalau makan jangan kebanyakan! Kakak tahu kalau kamu mau menaikkan berat badan, tapi kalau sampai bermenit – menit nggak beranjak dari kursi itu namanya makanmu terlalu berlebihan. Kalau kamu kayak gitu itu membuat kamu sakit perut bahkan bisa sampai ke dokter. Kamu paling takut kalau disuruh ibu ke dokter kan? Makanya, kamu harus makan secukupnya. Kalau tidak, bisa sakit perut dan mungkin kamu akan menyesal makan terlalu banyak. Gimana, mau makan berlebihan lagi? Nggak kan?” Jelas kakaknya panjang lebar. Verdo merasa kata – kakaknya itu terlalu kelewatan, jadi dia merasa nggak perlu didengarkan. Karena itu dia segera pergi dari tatapan kak Syara. “Haduuhh…” Sesal Syara, dia sudah ngomong pajang lebar tapi tidak didengarkan.
Pada malam hari, Ayah pulang dari kantor. Dia melihat anak – anaknya menyambutnya. Ayah bertanya kepada Verdo. “Verdo sudah nggak makan berlebihan?” Tanyanya. “Belum. Aku akan tetap menaikkan berat badanku dengan caraku sendiri!” Katanya keras. “Padahal aku sudah menyuruhnya untuk berhenti loh yah!” Kata kak Syara memberi tahu. “Hhh… Verdo, makan berlebihan itu tidak baik nak. Itu bukan membuat berat badanmu naik, tapi membuat kamu bisa sakit.” Jelas Ayah Verdo. Lagi – lagi, Verdo pergi masuk ke kamar. Dia nggak mau mendengarkan omelan keluarganya, karena itu dia selalu pergi dari keluarganya kalau sedang membahaskan tentang dia yang makan berlebihan. “lho kan, dia pergi lagi, dia itu nggak suka dengerin kita kalau mengingatkan dia tentang itu yah!” Kata Syara marah. “Hmm… mungkin kita harus rapat tentang ini, bagaimana?” Tanya Ayah kepada kak Syara. “Bertiga sama ibu doang yah? Oke, aku setuju!” Kata kak Syara setuju.
Esoknya…
Hari ini hari senin, jadi pagi ini waktunya Verdo sekolah. Dia berpamitan dengan orangtuanya. Sekolah Verdo dan kak Syara sama, mereka berangkat sekolah menaiki sepeda. Sesampainya di sekolah, mereka langsung pergi ke kelas masing – masing. Mereka pun mulai belajar.
Saat waktu istirahat. Kak Syara mencari Verdo. Dia keliling – keliling sekolah untuk mencari Verdo, tetapi dia tidak menemukan Verdo. “Hmm… Verdo dimana ya?” Gumam kak Syara. Dia melihat salah satu temannya Verdo yang benama Zerka. Kak Syara menghampiri Zerka. “Zerka!” Panggil kak Syara. Zerka menoleh ke kak Syara. “Oh, kakaknya Verdo. Ada apa kak?” Kata Zerka. “Kamu tahu Verdo dimana?” Tanya kak Syara kepada Zerka. “Oh, tadi Verdo sakit perut di kelas, jadi dibawa ke UKS. Sini ikut aku menemukan Verdo kak!” Kata Zerka, dia mengantarkan kak Syara ke UKS untuk menemukan Verdo.
Di UKS. Kak Syara masuk ke UKS bersama Zerka. “Verdo…” Panggilnya. Kak Syara kaget melihat tubuh Verdo yang terlihat lemas. Kak Syara juga melihat guru yang menjaga Verdo. “Sebaiknya beritahu orangtua kami saja bu.” Kata kak Syara kepada bu guru itu. “Saya sudah telpon orangtua kalian katanya akan segera kesini dan membawa Verdo ke dokter.” Jelas Bu Guru. Tiba – tiba bel pertanda waktu istirahat selesai berbunyi, segera kak Syara dan Zerka keluar UKS dan pergi ke kelas.
***
Setelah orangtua Verdo datang, Verdo segera dibawa ke dokter. Di dokter, Verdo di periksa. Setelah di periksa, Dokter mengatakan Verdo baik – baik saja. Tetapi, Dokter juga mengingatkan kalau makan berlebihan itu tidak boleh. Akhirnya, Verdo dibawa pulang. Verdo juga berjanji tidak akan makan berlebihan lagi. Keluarganya pun lega.
Sejak saat itu, Verdo nggak makan berlebihan lagi.
THE END